Resume 8

Narasumber : Bapak Muliadi

Moderator    : Bapak  Dail Maruf, M.Pd

17 November 2021

Waktu, 16.00-18.00 Wib


Assalamualaikum selamat sore rekan-rekan Guru Moderator Literasi Digital (GMLD) kembali lagi berliterasi  mengikuti kegiatan pelatihan untuk hari ke 8 berlatih dan belajar digitalisasi dalam literasi. Kegiatan sore hari ini dipandu Moderator Bapak Dail Maruf, M.Pd beliau menyampaikan salam pembuka dengan semangat dan bersahaja melalui via WA  beliau menuliskan tentang pertemanannya dengan narasumber berawal dari kelas Belajar Menulis (BM) asuhan Bapak H.Wijaya Kusuma/Om Jay.

Saat itu Pak Dail menjadi ketua kelas di Belajar Menulis -20 dan Bapak Muliadi-19  kini beliau berdua telah lulus dari Kelas Belajar Menulis Pak Dail bercerita bahwa saat beliau mengikuti kelas Belajar Menulis pelatihannya dilaksanakan selama 30 x pertemuan dengan menulis resumenyapun 30 resume hebat dan keren tentunya👍,Pak Dail Maruf menceritakan kegiatan ketika beliau masih mengikuti BM lebih banyak dibandingkan dengan pelatihan GMLD yang jumlah pembuatan resumenya lebih sedikit yaitu 20 x pertemuan, beliau memberikan semangat dan motivasi untuk semua guru yang saat ini sedang belajar dalam GMLD ayo menulis dan berkarya jika ingin memenuhi persyaratan untuk mendapatkan reward berupa sertifikat menulis dan dapat membuat buku solo asyik bukan👍😊.

Sebelum berlanjut pada materi marilah kita melihat profil pribadi dari narasumber dahulu ya sebagai berikut:

Nama                 : Bapak Muliadi, S.Pd, M.Pd

Lahir                  : Kalangkangan, 21 Januari 1971

Pendidikan         : SDN Kalangkangan, 1984

                             SMPN Lalos, 1987

                             SPG Muhammadiyah 1990

                             S1 di UNTAD, 1997

                             S2 di UNESA, 2004

Pekerjaan           : Guru Matematika di SMKN 1 Tolitoli Sulawesi Tengah

Sebelum beliau menjadi guru Matematika di SMKN 1 Tolitoli, karier beliau menjadi Kepala Sekolah SMPN 3 Ogodeide, 2006, Kepala Sekolah SMPN 2 Lamasio, 2008, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah , 2010, Kepala Sekolah SMKN 1 Galang, 2016,  sekarang menjadi  guru SMAN 1 Tolitoli, 2017, guru SMKN 1 Tolitoli hingga sekarang.

Aktivitas lainnya yang beliau jalani sebagai ketua MGMP Matematika SMK Kabupaten Tolitoli,  Matematika Sekretaris PGRI Kabupaten Tolitoli, Guru Inti/Instruktur Matematika SMA/SMK Kabupaten Tolitoli, Instruktur K13 Kabupaten Tolitoli, Pengajar Universitas Terbuka (UT) UPJJ Palu, 2006 sampai sekarang, menjadi penulis kolom opini pada koran local.

Beliau aktif menulis di media sosial seperti FB, WA, dan Blog.

Menulis buku dibalik layar, Writing is my passion, Jagala Allah maka Allah akan menjagamu, dll. Itulah sekelumit profil pribadi  narasumber kita.

Saatnya kita memulai dengan pertemuan pelatihan ya, Bapak Dail Maruf sebagai moderator memberi semangat untuk paserta literasi di grup 1-6 angkatan  pertama agar selalu termotivasi menyelesaikan resumenya  dan hari ini yang menjadi pembimbing adalah Bapak Muliadi menjadi Narasumber untuk pelatihan GMLD dengan judul yang menarik yaitu "Inklusivitas di Dunia Digital", sebelum Pak Muliadi memulai materi beliau  mengungkapkan adanya gangguan jaringan internet di wilayahnya yaitu Tolitoli Sulawesi Tengah sehingga beliau memohon maaf kepada para peserta karena kendala yang terjadi ini, setelah jaringan stabil kembali beliau memulai kembali pelatihan tentang materi Inklusivitas dengan baik dan lancar👍. Ayo kita mulai membahas apa itu Inklusivitas berasal dari kata inklusi,  kata ini diambil dari kata “inclusion” yang berarti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Lawan kata inklusi adalah eksklusif atau eksclusion, artinya menegasi atau mengeluarkan. Dengan demikian inklusivitas merujuk kepada sikap menerima atau mengajak kepada siapa saja tanpa melihat perbedaan dalam konteks sosial. Sebagai sebuah sikap, inklusivitas senantiasa dikaitkan dengan sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat digital.

Mengapa kita harus bersikap inklusif di era digital? karena identik dengan kebiasaan interaksi masyarakat digital dengan media baru melalui konsep metode baru dalam berkomunikasi di dunia digital dan memungkinkan orang-orang dari kelompok-kelompok kecil berkumpul secara online, berbagi, menjual, dan menukar barang serta informasi.

Alasan Masyarakat digital harus Inklusif yaitu:

1. Internet bukan lagi barang baru di Indonesia dan dapat diminati oleh siapa saja dengan mudah. Begitupun negara Indonesia termasuk salah negara sejuta pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa bulan Maret 2021, mengakses internet adalah 8 jam 52 menit atau sekitar 75 % atau 3/4 waktu yang dihabiskan hanya untuk mengamati perangkat digital saja. Sebagian besar pengguna memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi, berkomunikasi atau sekedar mencari informasi.

Tercatat aplikasi yang banyak di gunakan seperti Facebook, WA, youtube dan twitter, Indonesia termasuk urutan 4 dalam penggunaan Internet wah keren bukan🙅.

2. Dunia digital cenderung mempertajam perbedaan dan memperluas kenyamanan, baik dari aspek fisik maupun pandangan, sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, contoh : 

terjadinya perpecahan atau perkelahian antar warga, tawuran antar pelajar/anak muda ini semua terjadi akibat penggunaan media sosial.

3. Keunikan yang hadir sebagai keniscayaan, perlu mendapat perlakuan yang proposional sesuai kondisi keunikannya sehingga mereka dapat menikmati layanan dan kebutuhan sebagaimana layaknya anggota masyarakat digital lainnya.

4. Hak untuk memperoleh akses layanan dan kebutuhan di dunia digital. Masyarakat digital harus mampu bersimpatik dan berempati kepada berbagai keunikan akibat keterbatasan fisik atau mental yang diwujudkan dengan menyediakan instrumen atau aplikasi yang ramah kepada penyandang disabilitas agar merekapun dapat memanfaatkan fasilitas digital untuk mengembangkan diri.

Dari era digital hanya ada 2 ungkapan yaitu:

1. Menghindari digital atau

2. Ditinggalkan.

Lalu apa yang harus diperbuat:

Sebagai pendidik/guru berhak dan harus mendapatkan layanan internet untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan sumber daya manusia. Pak Muliadi ijin dahulu untuk menunaikan sholat Magrib dahulu kegiatan dilanjutkan oleh moderator selama 15 menit ke depan, moderator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan, awal pertanyaan adalah:

1. Seorang guru bernama bapak Chaerudin, S.Pd berasal dari Parung Panjang Bogor, beliau menanyakan tentang cara menciptakan lingkungan inklusif pada daerah yang terbatas akses internetnya.

Jawab; Jawaban dari Pak Chaerudin, S.Pd menurut Pak Muliadi telah terjawab di catatan tertulis diatas☝.

2. Ibu Mugiarni (SDN DARU III Kec. Jambe Kab. Tangerang), bagaimana gambaran Lingkungan Inklusif dalam penggunaan ponsel untuk anak inklusif

Jawab: Menyediakan instrumen atau alat yang memudahkan para penyandang disabilitas sudah ada produk gadget yang memiliki fitur pembaca wajah, termasuk smartphone dengan fitur yang sesuai untuk Tuna Netra.

3. Bapak Rully dari Banten, bagaiman  memperoleh internet untuk warga yang tidak mampu adakah bantuan dari Keminfo atau Pemda?

Jawab: ineternet gratis sebenarnya sudah ada disediakan oleh pemerintah terutama di desa-desa tetapi tergantung dari program daerahnya masing-masing.

4. Ibu Mega dari Bengkulu, bagaimana sikap kita dalam menerapkan iklusivitas dalam bermedia sosial?

Jawab: maaf jika jawaban saya kurang maksimal info Pak Muliadi, terima kasih pertanyaan bagus👍 sikap inklusivitas dalam bermedia sosial antara lain dapat diwujudkan dengan saling menghargai dan menghormati hak dan pendapat orang lain, dapat menerima dan nenghargai perbedaan sepanjang tidak berkaitan dengan sikap menghina atau bully.

5. Bapak Frans Fernandez Praya dari Lombok, apakah media digital inklusivitas merupakan suatu keharusan dan sudah adakah infrastruktur untuk penyandang disabilitas sesuai kekhususannya?

Jawab: Inprastruktur adalah perangkat pelayanan dasar dan umumnya berkaitan dengan penyediaan peralatan pendukung utama seperti tower dan kelancaran jaringan internet. Jadi untuk penyandang disabilitas tentu terlayani sesuai kebutuhannya.

6. I Made Suata guru SMAN 1 Pamona Selatan Kab. Poso Sulawesi Tengah bagaimana upaya mengajak masyarakat menciptakan lingkungan inklusif, kalau di masyarakat itu cenderung egoisme tinggi terhadap minoritas?

Jawab: merasa superior akibat jumlah atau kekuasaan sering menjadi pemicu terjadinya sikap anti inklusif yang harus kita lakukan adalah terus memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat tidak tidak memandang perbedaan sebagai sesuatu yang ekslusif seperti tidak melakukan perundungan prasangka, perundungan siber, perundungan fisik, perundungan verbal dan juga perundungan seksual. Prilaku demikian harus terus diminimalisir agar tidak timbul sikap anti sosial.

Demikianlah pertanyaan yang belum terjawab dapat melalui Japri narasumber/moderator, dan akhirnya semua materi terselesaikan dan ditutup oleh narasumber dengan ungkapan luar biasa untuk para guru-guru moderator literasi 👍, dan tak lupa Bapak moderator kita menutup dengan kata salam dan sampai jupa.✋





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini